Manado, 29 September 2024 – Madrasah Tsanawiyah (MTs) Muhammadiyah Manado menjadi tempat berlangsungnya Pengajian Ahad PDM Manado dengan mengambil “Etika Politik Muhammadiyah” pada hari Ahad, 29 September 2024 yang disampaikan oleh Jaja Citrama Anar Ketua Umum DPD IMM Sulawesi Utara 2016-2018. Pengajian Ahad dihadiri oleh sejumlah warga Muhammadiyah dari berbagai kalangan, mulai dari PWM Sulawesi Utara, Jajaran PDM dan UPP Muhammadiyah Kota Manado, Ortom pengurus cabang hingga masyarakat umum yang peduli terhadap dinamika politik dan peran Muhammadiyah dalam tatanan politik nasional.
Diskusi tersebut mengangkat tema penting terkait dengan prinsip-prinsip etika politik yang selama ini dijunjung tinggi oleh Muhammadiyah sebagai organisasi Islam terbesar di Indonesia. NarasumberPembicara yang hadir menekankan pentingnya menjaga integritas, kejujuran, dan moralitas dalam berpolitik, sesuai dengan nilai-nilai Islam yang diusung Muhammadiyah.
Dalam sambutannya, Bendahara PDM Kota Manado menyampaikan, “Muhammadiyah memiliki tanggung jawab moral untuk terus memperjuangkan nilai-nilai kebajikan dalam setiap aspek kehidupan, termasuk politik. Etika politik yang kita bawa harus berlandaskan pada keadilan, kesejahteraan, dan ketertiban bagi seluruh masyarakat.”
Acara yang berlangsung khidmat ini diikuti dengan sesi tanya jawab yang interaktif, di mana peserta dari berbagai kalangan Muhammadiyah turut berbagi pandangan dan bertanya mengenai bagaimana Muhammadiyah dapat berperan lebih aktif dalam membangun politik yang sehat di Indonesia.

Pemateri menitip pesan bahwasanya sikap Muhammadiyah dalam menghadapi Tahun Politik di Pilkada (Pemilihan Kepala Daerah baik Provinsi, Kabupaten/Kota) tentang 8 Nilai.
Nilai pertama adalah value, atau al-qiyam al-fadhilah. Yaitu nilai utama yang terkait erat dengan ‘ashariyah atau the power of now yang berangkat dari Surat Al-‘Ashr.
Nilai kedua adalah pemuliaan manusia. Dengan nilai ini Muhammadiyah sejak awal berdiri memuliakan perempuan dengan cara mendorong mereka keluar dari kungkungan tradisi patriarki untuk ikut bergerak aktif membangun masyarakat.
Nilai ketiga adalah persaudaraan (ukhuwah). Muhammadiyah menurut Haedar selalu berusaha menjadi titik temu di antara perbedaan yang ada.
Nilai keempat adalah welas asih. Muhammadiyah menurutnya berusaha mewujudkan pengamalan Al-Ma’un dengan jalan yang moderat dan inklusif.
Nilai kelima adalah etos kerja. Orang-orang Muhammadiyah dikenal gemar bekerja dan sedikit bicara. Bukti dari etos ini adalah berdirinya banyak amal usaha Muhammadiyah.
Nilai keenam adalah tauhid yang pro kemanusiaan. Dengan nilai ini, Muhammadiyah menurut Haedar tidak berdiri untuk dirinya sendiri, tapi untuk semaksimal mungkin memberi kebermanfaatan pada orang lain.
Nilai ketujuh adalah nilai ilmiah dan keilmuan. Orang Muhammadiyah menurutnya dikenal cerdas, berilmu, dan memiliki kata yang sejalan dengan tindakan.
Nilai kedelapan adalah nilai peradaban. Muhammadiyah berusaha menerjemahkan Islam sebagai agama peradaban dan berupaya hidup menjadi umat terbaik (khairu ummah).
Pengajian Ahad ini diharapkan menjadi bagian dari upaya Muhammadiyah dalam memperkuat posisi dan kontribusinya di dunia politik, namun tetap konsisten dengan prinsip-prinsip etika yang selama ini menjadi identitasnya.
