Muhammadiyah Manado, Ahad 28 Januari 2024. Pelaksanaan Baitul Arqom Dasar (BAD) Pimpinan Daerah Pemuda Muhammadiyah Manado dilaksanakan di Balai Diklat Keagamaan Kota Manado sejak dari Jumat 26-28 Januari 2024. Kegiatan ini menghadirkan dua Profesor Muhammadiyah di Sulawesi Utara yakni Prof Delmus Salim, M.A, M.Res, Ph.D dan Prof Dr. Nasruddin Yusuf, M.Ag, Rektor Universitas Muhammadiyah Manado (UNIMMAN) Agus Laya, M.Kes dan sejumlah Aktifis baik di Muhammadiyah dan umum. Kepesertaan sejumlah 24 yang terdiri dari Mahasiswa, Staf, bahkan hingga Dosen. Akhir kegiatan BAD sekaligus deklarasi pengaktifan PCPM se-Kota Manado dengan basis kadernya dari peserta Baitul Arqom Dasar. Kami juga berterima kasih pada Ketua PW Muhammadiyah Sulut ayahanda Masrur Drs yang sudah memberikan Keynote Speaker pada pembukaan BAD dan Ketua PDM Manado Ayahanda Rajab Djamali, M.Si yg sudah ikut membuka acara BAD.
Tema BAD kali ini membahas soal Pemuda Negarawan Harmoni Memajukan Kota Manado. Menjadi kata kunci Pemuda Negarawan berarti Pemuda Muhammadiyah merupakan bagian dari empat pilar dalam organisasi pemuda Muhammadiyah. Sebagaimana dikutip dari https://www.umko.ac.id/2023/05/16/empat-pilar-gerakan-pemuda-negarawan/ Terdapat empat pilar pemuda negarawan yang melekat dalam organisasi Pemuda Muhammadiyah.
Pertama, pilar Islam berkemajuan. Spirit Islam berkemajuan adalah pandangan keagamaan yang berorientasi mempertinggi dan memajukan kehidupan manusia, memerangi keterbelakangan, kemiskinan, kebodohan, dan kemerosotan akhlak.Konsep Islam tersebut hanya bisa dimungkinkan bila selalu hadir pembaharuan (tajdid) demi menjawab tantangan zaman. Pemuda Muhammadiyah sebagai gerakan pemuda Islam niscaya harus memiliki visi berkemajuan. Dengan kekuatan intelektual, pemuda Muhammadiyah niscaya harus tampil sebagai contoh teladan dari spirit Islam berkemajuan tersebut.
Kedua, pilar keilmuan. Pemuda negarawan berdiri tegak di atas penguasaan terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek). Seperti jamak disadari, iptek adalah pilar penyokong keberlangsungan hidup suatu peradaban umat dan bangsa. Ilmu ialah gugus pengetahuan yang turut mampu membantu manusia mencapai tujuan hidup yang ia cita-citakan. Dalam konteks keindonesiaan, perlu disadari bahwa orientasi pengembangan iptek bukanlah berjalan tanpa kesadaran moral dan spiritual. Ilmu tidaklah bebas nilai, sebaliknya buah ilmu pengetahuan dan teknologi hendaknya mengabdi kepada nilai yang dianut masyarakat Indonesia. Nilai tersebut bersumber dari Pancasila, UUD 1945, dan kebudayaan luhur bangsa. Pemuda negarawan menempatkan dirinya tidak saja sebagai pengguna (konsumen) dari iptek, melaikkan juga tampil sebagai pembuat (produsen).
Ketiga, pilar kewirausahaan sosial. Generasi muda Indonesia sesungguhnya aset penggerak ekonomi masa depan. Tak heran jika kini banyak negara di dunia menciptakan kebijakan ekonominya, dengan mengikuti karakter yang dimiliki generasi muda. Generasi muda sesungguhnya, SDM yang harus terus dikembangkan demi menunjang kehidupan ekonomi Indonesia pada masa yang akan datang. Pemuda negarawan tegak di atas pilar ekonomi yang kuat. Namun, Pemuda Muhammadiyah bukan sekadar mendorong pemberdayaan ekonomi untuk memenuhi mobilitas sosial personal. Usaha memperkuat ekonomi, seiring pemberdayaan ekonomi kerakyatan, membantu keluar dari jerat kemiskinan.
Keempat, pilar politik kebangsaan. Pemuda Muhammadiyah merupakan entitas yang turut berperan penting menentukan arah bangsa lewat jalur politik. Namun, politik di alam pikiran dan sikap pemuda Muhammadiyah bukanlah politik serbaboleh (permisif), serbamateri (materialis), dan serbamenerabas (pragmatis). Nalar politik pemuda Muhammadiyah berbasis pada nilai-nilai luhur (high politic), yang mendudukkan politik bukan sekadar untuk menapaki jalan menuju kekuasaan, melainkan juga menjadi jembatan menuju pencapaian tujuan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Pemuda Muhammadiyah dalam hal ini menjadikan politik sebagai salah satu ranah dakwah, dalam membumikan kehendak Tuhan di muka bumi.
Dari konsep dasar di atas Pemuda Muhammadiyah Manado mencoba merumuskan bagaimana Pemuda Muhammadiyah bisa berkontribusi di Kota Manado. Adapun yang menjadi Master of Trainer adalah Junaidi Pailaha.